Recycle Simbol
Merupakan Simbol Tentang Apapun itu, bahwa benda tersebut dapat didaur ulang..
Sejarah.
Merupakan Simbol Tentang Apapun itu, bahwa benda tersebut dapat didaur ulang..
Recycle adalah salah satu bagian dari 3R (reuse, reduce, dan recycle)
maupun 4R (3R + replace) dan 5R (4R + replant). Secara singkat, recycle
dapat diartikan sebagai daur ulang. Pengertian ini berarti merupakan
sebuah proses mengolah kembali sampah atau benda-benda bekas menjadi
barang atau produk baru yang memiliki nilai manfaat.
Kegiatan recycle bersama dengan reuse
(menggunakan kembali) dan reduce (mengurangi penyebab sampah) menjadi
solusi terbaik dalam menghadapi sampah. Bahkan hingga sekarang tetap
menjadi cara terbaik dalam pengelolaan sampah dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkannya.
Dengan
melakukan recycle atau daur ulang, benda-benda yang sebelumnya tidak
bermanfaat dan menjadi sampah bisa diolah menjadi barang-barang baru
yang memiliki manfaat dan kegunaan baru. Fungsi barang pada saat sebelum
dan sesudah melalui proses recycle bisa jadi akan berbeda. Sebagai
contoh, semisal sebuah botol air kemasan yang semula menjadi wadah air minum, setelah di-recycle berubah menjadi pot sebagai tempat menanam tanaman hias
atau diubah menjadi wadah pencil dan lain-lain. Contoh recycle lainnya
adalah sampah dedaunan dan organik lainnya diolah menjadi pupuk kompos.Sejarah.
Walaupun istilah daur ulang sepertinya
baru populer pada akhir-akhir ini, sebenarnya sejarah daur ulang sudah
dimulai pada masa lampau. Daur ulang bukanlah konsep baru. Praktek daur
ulang telah ada selama ribuan tahun.
Masa Sejarah
Pada awal 400 SM (dan bahkan sebelumnya),
orang telah mendaur ulang. Misalnya, bukti arkeologi menunjukkan bahwa
kaca dari zaman kekaisaran Bizantium didaur ulang di kota kuno
Sagalassos, sekarang terletak di wilayah Turki.
Ada juga bukti bahwa pada masa awal
kekaisaran Romawi koin perunggu didaur ulang menjadi patung yang bisa
dijual dengan nilai moneter lebih tinggi dari koin asli.
Dalam masa-masa sulit (misalnya perang),
logam dari segala sesuatu seperti perhiasan dan koin dilelehkan untuk
dibuat senjata atau barang lain yang diperlukan. Daur ulang tembikar
juga telah ditemukan.
Arkeolog juga menyimpulkan dari sisa-sisa
sampah tentang sejarah daur ulang – bahwa daur ulang adalah praktek
populer selama masa kesusahan. Misalnya, sisa-sisa limbah yang ditemukan
dari masa-masa yang diindikasikan adalah masa-masa kelaparan, perang,
dan endemic penyakit jumlahnya lebih sedikit. Selama masa kesusahan,
bahan baru mungkin langka, sehingga mendaur ulang limbah lebih
memungkinkan.
Masa Pra-Revolusi Industri
Adapun sejarah daur ulang sebelum
revolusi industri, mendaur ulang dan menggunakan kembali alat-alat rumah
tangga sebenarnya merupakan praktik umum.
Sebelum produksi massal membanjiri pasar
dengan banyak bahan dan produk, mendaur ulang dan menggunakan kembali
barang-barang umumnya lebih murah dibandingkan dengan membeli yang baru.
Lebih lanjut ketika bahan-bahan itu menjadi aus melampaui penggunaan,
bahan-bahan tersebut yang dapat didaur ulang (misalnya kaca, aluminium)
akan didaur ulang menjadi barang baru.
Sebagai contoh, bukti menunjukkan bahwa
serpihan perunggu dan logam lainnya dikumpulkan di Eropa dan dilebur
untuk digunakan kembali. Di Inggris, debu dan abu dari kayu bakar dan
batu bara digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan batu bata.
Dengan kata lain, selama ini dalam sejarah daur ulang, daur ulang
dimotivasi terutama oleh manfaat ekonomi dari penggunaan bahan baku daur
ulang bukan bahan baru.
Masa Industri
Sejarah daur ulang juga mengambil giliran
pada masa industrialisasi. Pada masa ini menjadi lebih mudah dan lebih
murah untuk memproduksi barang (melalui inovasi teknologi dan produksi
massal), juga menjadi lebih mudah dan kadang-kadang lebih murah untuk
membuang barang-barang yang telah digunakan.
Meskipun demikian, ada waktu dimana
terjadi kemerosotan ekonomi besar-besaran, di masa ini orang akan
mencari cara untuk membuat sebagian besar barang yang mereka miliki.
Sebagai contoh, selama masa Great Depression, orang-orang kembali
mendaur ulang barang karena mereka tidak mampu untuk membeli barang baru
atau memperoleh bahan baku.
Masa Perang Dunia II (PD II)
Selama perang, kendala keuangan dan
kekurangan bahan sangat besar karena dalam upaya perang nenek moyang
kita perlu menggunakan kembali barang dan daur ulang bahan.
Upaya perang menuntut banyak sumber daya
dan hanya menyisakan sedikit untuk keperluan rumah tangga. Beberapa item
(misalnya logam, karet dan makanan tertentu) bahkan harus dijatah
karena barang-barang tersebut dibutuhkan di lini perang di luar negeri.
Menjadi penting bagi kebanyakan rumah tangga untuk mendaur ulang limbah
mereka, sebagian daur ulang menawarkan sumber bahan tambahan.
Ada juga patriotisme umum dalam daur
ulang. Ada kampanye besar-besaran di banyak negara, mendesak orang untuk
menyumbangkan logam dan melestarikan serat, dalam kontribusi terhadap
upaya perang dan sebagai ekspresi patriotisme. Bahan daur ulang untuk
digunakan di rumah juga berarti lebih banyak sumber daya yang bisa
dikirim ke luar negeri di garis depan peperangan tersebut. Hal ini pada
gilirannya berarti kesempatan lebih besar untuk menang dalam perang.
Masa Pasca-Perang Dunia II
Seperti halnya di masa lain, setelah masa Perang Dunia II, sejarah daur ulang sangat dipengaruhi oleh alasan ekonomi.
Ketika perang berakhir, program
konservasi sumber daya didirikan selama perang dilanjutkan di beberapa
negara tanpa kekayaan sumber daya alam, seperti Jepang. Namun, untuk
negara-negara lain seperti Amerika Serikat, upaya daur ulang seperti
dilupakan.
Pada dekade 1940-an dan 1950-an, ketika
penimbunan menjadi cara murah untuk membuang sampah, daur ulang menjadi
kurang populer. Namun, pada 1970-an, daur ulang menjadi lebih populer
lagi dan pusat-pusat daur ulang didirikan. Gerakan pemerhati lingkungan
telah dimulai sejak tahun 1960, dan ada kesadaran publik akan lingkungan
meningkat.
Sebuah tonggak dalam sejarah daur ulang
adalah pengenalan simbol universal untuk daur ulang. Dalam bentuk strip
Mobius, simbol ini dirancang oleh Gary Anderson pada akhir tahun 1960,
setelah sebuah perusahaan daur ulang kontainer berbasis di Chicago
mensponsori kontes seni untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
Sejak itu, segitiga telah digunakan untuk mewakili hirarki daur ulang yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang.
Meningkatnya minat dalam daur ulang pada
tahun 1970 juga akibat dari meningkatnya biaya energi. Penghematan
signifikan yang dicapai melalui daur ulang. Sebagai contoh, daur ulang
aluminium yang hanya menggunakan 5% dari energi yang dibutuhkan pada
produksi baru. Ada juga penghematan energi yang signifikan pada daur
ulang kaca, kertas dan logam dibandingkan dengan ekstraksi bahan baku.
Pada awal 1970-an, Rose Rowan memulai ide
menarik; “Trailer daur ulang”. Kendaraan pengelolaan sampah untuk
mengumpulkan sampah dan barang-barang daur ulang pada waktu yang sama.
Inovasi ini memungkinkan adanya pengumpulan sampah di tepi jalan di
akhir 1980-an dan 1990-an, yang membuatnya lebih mudah bagi orang untuk
mendaur ulang.
Dalam sejarah daur ulang untuk Amerika
Serikat, kota pertama yang melakukan daur ulang adalah Woodbury, New
Jersey. Kota-kota lain segera mengikuti, dan hari ini banyak kota di AS
membuat peraturan daur ulang.
The Ultimate Recycler
Pendaur ulang utama dan pertama tak lain
adalah ala mini yang telah menguraikan sampah dan limbah menjadi
bahan-bahan penyusunnya. Kalau bukan karena sihirnya yang indah dalam
proses pengomposan, kita semua mungkin telah terkubur dalam daun-daun
yang berguguran dan bahan organik lainnya yang tidak terurai.