Rabu, 21 Desember 2016

Recycle Simbol
Merupakan Simbol Tentang Apapun itu, bahwa benda tersebut dapat didaur ulang..
Recycle adalah salah satu bagian dari 3R (reuse, reduce, dan recycle) maupun 4R (3R + replace) dan 5R (4R + replant). Secara singkat, recycle dapat diartikan sebagai daur ulang. Pengertian ini berarti merupakan sebuah proses mengolah kembali sampah atau benda-benda bekas menjadi barang atau produk baru yang memiliki nilai manfaat.
Kegiatan recycle bersama dengan reuse (menggunakan kembali) dan reduce (mengurangi penyebab sampah) menjadi solusi terbaik dalam menghadapi sampah. Bahkan hingga sekarang tetap menjadi cara terbaik dalam pengelolaan sampah dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkannya.
Dengan melakukan recycle atau daur ulang, benda-benda yang sebelumnya tidak bermanfaat dan menjadi sampah bisa diolah menjadi barang-barang baru yang memiliki manfaat dan kegunaan baru. Fungsi barang pada saat sebelum dan sesudah melalui proses recycle bisa jadi akan berbeda. Sebagai contoh, semisal sebuah botol air kemasan yang semula menjadi wadah air minum, setelah di-recycle berubah menjadi pot sebagai tempat menanam tanaman hias atau diubah menjadi wadah pencil dan lain-lain. Contoh recycle lainnya adalah sampah dedaunan dan organik lainnya diolah menjadi pupuk kompos.
Sejarah.
Walaupun istilah daur ulang sepertinya baru populer pada akhir-akhir ini, sebenarnya sejarah daur ulang sudah dimulai pada masa lampau. Daur ulang bukanlah konsep baru. Praktek daur ulang telah ada selama ribuan tahun.
Masa Sejarah
Pada awal 400 SM (dan bahkan sebelumnya), orang telah mendaur ulang. Misalnya, bukti arkeologi menunjukkan bahwa kaca dari zaman kekaisaran Bizantium didaur ulang di kota kuno Sagalassos, sekarang terletak di wilayah Turki.
Ada juga bukti bahwa pada masa awal kekaisaran Romawi koin perunggu didaur ulang menjadi patung yang bisa dijual dengan nilai moneter lebih tinggi dari koin asli.
Dalam masa-masa sulit (misalnya perang), logam dari segala sesuatu seperti perhiasan dan koin dilelehkan untuk dibuat senjata atau barang lain yang diperlukan. Daur ulang tembikar juga telah ditemukan.
Arkeolog juga menyimpulkan dari sisa-sisa sampah tentang sejarah daur ulang – bahwa daur ulang adalah praktek populer selama masa kesusahan. Misalnya, sisa-sisa limbah yang ditemukan dari masa-masa yang diindikasikan adalah masa-masa kelaparan, perang, dan endemic penyakit jumlahnya lebih sedikit. Selama masa kesusahan, bahan baru mungkin langka, sehingga mendaur ulang limbah lebih memungkinkan.
Masa Pra-Revolusi Industri
Adapun sejarah daur ulang sebelum revolusi industri, mendaur ulang dan menggunakan kembali alat-alat rumah tangga sebenarnya merupakan praktik umum.
Sebelum produksi massal membanjiri pasar dengan banyak bahan dan produk, mendaur ulang dan menggunakan kembali barang-barang umumnya lebih murah dibandingkan dengan membeli yang baru. Lebih lanjut ketika bahan-bahan itu menjadi aus melampaui penggunaan, bahan-bahan tersebut yang dapat didaur ulang (misalnya kaca, aluminium) akan didaur ulang menjadi barang baru.
Sebagai contoh, bukti menunjukkan bahwa serpihan perunggu dan logam lainnya dikumpulkan di Eropa dan dilebur untuk digunakan kembali. Di Inggris, debu dan abu dari kayu bakar dan batu bara digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan batu bata. Dengan kata lain, selama ini dalam sejarah daur ulang, daur ulang dimotivasi terutama oleh manfaat ekonomi dari penggunaan bahan baku daur ulang bukan bahan baru.
Masa Industri
Sejarah daur ulang juga mengambil giliran pada masa industrialisasi. Pada masa ini menjadi lebih mudah dan lebih murah untuk memproduksi barang (melalui inovasi teknologi dan produksi massal), juga menjadi lebih mudah dan kadang-kadang lebih murah untuk membuang barang-barang yang telah digunakan.
Meskipun demikian, ada waktu dimana terjadi kemerosotan ekonomi besar-besaran, di masa ini orang akan mencari cara untuk membuat sebagian besar barang yang mereka miliki. Sebagai contoh, selama masa Great Depression, orang-orang kembali mendaur ulang barang karena mereka tidak mampu untuk membeli barang baru atau memperoleh bahan baku.
Masa Perang Dunia II (PD II)
Selama perang, kendala keuangan dan kekurangan bahan sangat besar karena dalam upaya perang nenek moyang kita perlu menggunakan kembali barang dan daur ulang bahan.
Upaya perang menuntut banyak sumber daya dan hanya menyisakan sedikit untuk keperluan rumah tangga. Beberapa item (misalnya logam, karet dan makanan tertentu) bahkan harus dijatah karena barang-barang tersebut dibutuhkan di lini perang di luar negeri. Menjadi penting bagi kebanyakan rumah tangga untuk mendaur ulang limbah mereka, sebagian daur ulang menawarkan sumber bahan tambahan.
Ada juga patriotisme umum dalam daur ulang. Ada kampanye besar-besaran di banyak negara, mendesak orang untuk menyumbangkan logam dan melestarikan serat, dalam kontribusi terhadap upaya perang dan sebagai ekspresi patriotisme. Bahan daur ulang untuk digunakan di rumah juga berarti lebih banyak sumber daya yang bisa dikirim ke luar negeri di garis depan peperangan tersebut. Hal ini pada gilirannya berarti kesempatan lebih besar untuk menang dalam perang.
Masa Pasca-Perang Dunia II
Seperti halnya di masa lain, setelah masa Perang Dunia II, sejarah daur ulang sangat dipengaruhi oleh alasan ekonomi.
Ketika perang berakhir, program konservasi sumber daya didirikan selama perang dilanjutkan di beberapa negara tanpa kekayaan sumber daya alam, seperti Jepang. Namun, untuk negara-negara lain seperti Amerika Serikat, upaya daur ulang seperti dilupakan.
Pada dekade 1940-an dan 1950-an, ketika penimbunan menjadi cara murah untuk membuang sampah, daur ulang menjadi kurang populer. Namun, pada 1970-an, daur ulang menjadi lebih populer lagi dan pusat-pusat daur ulang didirikan. Gerakan pemerhati lingkungan telah dimulai sejak tahun 1960, dan ada kesadaran publik akan lingkungan meningkat.
Sebuah tonggak dalam sejarah daur ulang adalah pengenalan simbol universal untuk daur ulang. Dalam bentuk strip Mobius, simbol ini dirancang oleh Gary Anderson pada akhir tahun 1960, setelah sebuah perusahaan daur ulang kontainer berbasis di Chicago mensponsori kontes seni untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
Sejak itu, segitiga telah digunakan untuk mewakili hirarki daur ulang yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang.
Meningkatnya minat dalam daur ulang pada tahun 1970 juga akibat dari meningkatnya biaya energi. Penghematan signifikan yang dicapai melalui daur ulang. Sebagai contoh, daur ulang aluminium yang hanya menggunakan 5% dari energi yang dibutuhkan pada produksi baru. Ada juga penghematan energi yang signifikan pada daur ulang kaca, kertas dan logam dibandingkan dengan ekstraksi bahan baku.
Pada awal 1970-an, Rose Rowan memulai ide menarik; “Trailer daur ulang”. Kendaraan pengelolaan sampah untuk mengumpulkan sampah dan barang-barang daur ulang pada waktu yang sama. Inovasi ini memungkinkan adanya pengumpulan sampah di tepi jalan di akhir 1980-an dan 1990-an, yang membuatnya lebih mudah bagi orang untuk mendaur ulang.
Dalam sejarah daur ulang untuk Amerika Serikat, kota pertama yang melakukan daur ulang adalah Woodbury, New Jersey. Kota-kota lain segera mengikuti, dan hari ini banyak kota di AS membuat peraturan daur ulang.
The Ultimate Recycler
Pendaur ulang utama dan pertama tak lain adalah ala mini yang telah menguraikan sampah dan limbah menjadi bahan-bahan penyusunnya. Kalau bukan karena sihirnya yang indah dalam proses pengomposan, kita semua mungkin telah terkubur dalam daun-daun yang berguguran dan bahan organik lainnya yang tidak terurai.